Assalamualaikum wr wb
Kali ini gue mau mencoba posting sebuah cerpen yang sebelumnya sudah gue tulis di buku kumpulan cerpen gue.
Let's read this...
Rindu dari Sebuah Kebiasaan
Jam arloji unik milik Wina sudah menunjukkan pukul tujuh tepat sewaktu ia selesai membayar tiket bus Transjakarta yang akan mengantarnya menuju tempat bekerja. Untung lah masih kebagian tiket dua ribu rupiah, bisa menghemat uang transport. Maklum, bagi seorang anak yang hidup jauh dari orang tua, Wina harus membagi setiap kebutuhannya sesuai gaji yang ia dapat tiap bulan agar cukup sampai ia mendapat gaji bulan depan.
Biasanya jam segini masih banyak bus yang kosong dan mudah-mudahan Wina beruntung mendapat kursi karena berniat untuk tidur selama perjalanannya menuju kantor.
Wina sudah gelisah ketika melihat jam arlojinya kembali yang sudah mendekati angka 8. Sudah setengah jam lebih Wina menunggu bus yang kosong tapi belum ada yang lewat. Ada sih beberapa bus yang lewat tapi selalu penuh dan mau tidak mau kali ini ia harus naik, sepenuh apapun keadaannya. Dan ketika bus lewat dan sudah pasti penuh, Wina pun naik dan berdiri di deket pintu masuk, dekat dengan on board.
"Tumben Mas, busway arah Lebak Bulus penuh terus dari pagi?" tanya Wina penasaran sekaligus kesal karena niat tidurnya tidak bisa terlaksana dan berujung harus desak-desakan dengan penumpang lainnya.
"Iya, maaf Mba. Tadi ada kecelakaan di daerah Harmoni jadi jalur yang menuju Lebak bulus terhambat" ujar on board itu ramah
"Oh gitu, okelah"
Untuk sekali ini bisa di maafkan bagi Wina tapi ia tidak terima ketika sudah terdengar adzan magrib, bus Transjakarta yang akan mengantarnya pulang kerja belum muncul-muncul juga. Wina gelisah karena seharian banyak sekali kerjaan yang harus ia selesaikan di tambah sampai jam segini satupun busway belum ada yang nongol padahal sudah menunggu dari jam lima sore.
"Ehh Mba yang tadi pagi, ya?"ujar on board itu lagi sewaktu Wina memasuki bus.
"Oh ini Mas yang tadi ya? Kali ini mau alasan apa lagi bisa telat sampai jam segini baru ada yang nongol. Udah satu jam nih Mas saya nunggu." ujar Wina kesal.
"Maaf Mba, kalau kali ini murni karena macet. Jadi yang arah ke sini telat semua deh armadanya." Ujar on board itu tetap menunjukkan keramahannya.
"Ahh, klise Mas" ujar Wina berlalu dan duduk di salah satu bangku yang masih kosong di area khusus wanita.
Busway pun langsung penuh dan ada juga beberapa orang yang rela berdiri karena pasti mereka semua ingin menuju tempat masing-masing dengan segera.
Baru saja Wina ingin memejamkan mata ketika bus berhenti di halte Pondok Indah dan seorang ibu yang sedang hamil masuk. On board itu langsung meminta kepada para penumpangnya untuk bersedia memberi tempat duduk dan karena Wina yang paling dekat dengan Ibu hamil tersebut dengan cekatan Wina pun bangun dari duduknya dengan di terimanya ucapan terima kasih dari Ibu itu dan juga sang on board.
Gagal lagi niat Wina untuk bisa menikmati waktu tidurnya tapi ia juga akan menjadi orang yang gagal yang tidak perduli terhadap orang di sekitarnya jika ia meneruskan untuk tidur. "Apa salahnya memberi tempat duduk untuk si Ibu hamil, toh tidak akan membuat gue mati walaupun harus berdiri sepanjang perjalanan di bus" batin Wina.
Selama perjalanan dia tetap bisa menghilangkan kebosanan dengan si on board itu. Membicarakan perjalanan, keadaan bus Transjakarta yang makin hari sangat memprihatinkan, pintu yang sering macet, AC yang tidak kerasa sampai bisa terkena tetesan hujan walaupun ada di dalam bus. Ehh, bukan hujan tapi tetesan air AC yang bocor.
"Turun di halte mana, Mba?" tanya on board
"Kebun Jeruk, Mas" jawab Wina santai
"Lho tadi pagi di Duri Kepa kayaknya, kok beda?" tanya sang on board lagi
"Mas merhatiin aja ni, haha.. Iya kalo berangkat saya dari sana tapi kalo pulangnya saya turun di halte Kebun Jeruk" canda Wina yang lumayan membuat sang on board salting.
"Hahaha gitu toh." ketawa paksa untuk menutupi rasa malunya meluncur dari mulut on board. Kaget juga di sangka begitu.
"Ya sudah saya duluan ya, Mas. Terima kasih" ujar Wina sewaktu bus sudah berhenti di halte yang Wina tuju.
Begitulah keseharian Wina yang harus bolak-balik menggunakan jasa bus Transjakarta untuk mengantarnya ke tempat bekerja. Wina pun sampai hafal dengan beberapa on board yang sering ia temui. Dari yang mukanya jutek, ramah, cewek cantik, cowok ganteng sampai yang berlogat khas Jawa pernah ia temui dan yang paling sering sih ketemu on board yang ramah ini.
Ada orang bilang kalau sering ketemu dan ngobrol akan menjadi kebiasaan yang menyenangkan sekaligus ada rasa rindu apalagi dengan lawan bicara yang ramah. Sama seperti Wina yang belakangan sudah tidak pernah bertemu si on board itu yang dia juga masih belum tahu siapa namanya dan tidak pernah engeh untuh melihat nama yang ada di seragamnya sewaktu mengobrol. Kini dia merasakan ada yang beda, biasanya dia selalu senang walaupun berada di dalam bus yang penuh tapi dengan adanya on board itu dia bisa berbincang untuk mengusir kebosanan. Sekarang dia merasa suntuk dan jenuh berada lama-lama di dalam bus yang penuh dengan orang dan harus ketemu dengan beberapa on board yang ganteng tapi jutek, cantik tapi judes. Wina rindu saat-saat berbincang dan mengkritik keadaan bus saat ini dan di jawab selalu dengan kata maaf.
Setiap Wina berharap ada on board itu pada saat menaiki bus, setiap itu pula dia selalu gagal menemukan sosok itu. Memang kadang suatu keinginan yang sangat di inginkan untuk bertemu malah selalu gagal tapi sebaliknya di saat kita tidak menginginkan atau tidak ada di fikiran untuk bertemu malah orang itu muncul tiba-tiba. Kadang membuat salah tingkah juga.
"Eh, si Mas.. kemana aja?" Wina menegor dengan kata-kata yang bisa di verbalkan sebagai rasa kerinduan sudah lama tidak bertemu.
"Mba nya kangen, ya?hehe" jawab si on board
Kyaaa... ketebak deh perasaan Wina oleh sang on board. Wina pun malu dan langsung membalasnya.
"Wah pede nih, Mas. Cuma emang bener kan udah jarang ketemu?" entah kalimat ini cocok atau tidak untuk menutupi rasa malunya tapi sudah terlanjur meluncur dari mulutnya.
"Iya, Mba. Lagi gak pas mungkin waktunya" jawab si on board santai
Percakapan itu berlanjut sepanjang jalan yang mengantar Wina menuju tujuan pemberhentiannya karena bus Transjakarta sedang penuh, ya seperti biasa Wina berdiri di dekat pintu keluar bus.
Terkadang apa yang kita inginkan memang tidak selalu tepat kenyataannya tapi suatu saat juga akan tiba waktunya dengan indah.
Bahkan dalam waktu yang tidak pernah terduga :')
The end
Yups, segitu dulu deh cerpen yang bisa gue share di sini, lain waktu bakalan gue posting dengan cerita yang lebih menarik lagi.
Thanks udah nyempetin baca dan jangan lupa komen yaa ;)
"Sering itu bisa menjadi sebuah kebiasaan dan setiap kebiasaan biasanya tercipta kerinduan"
Wassalamualaikum wr wb